Pendahuluan
A.Kata pengantar
Manusia
di dalam menjalani kehidupannya tidak akan pernah lepas dari pengambilan
keputusan, manusia adalah makhluk pengambil keputusan. Pengambilan keputusan
begitu dekat dengan kehidupan manusia. Pengambilan keputusan terjadi setiap
saat sepanjang hidup manusia. Kehidupan manusia adalah kehidupan yang selalu
diisi oleh peristiwa pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan
prasyarat penentu tindakan. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan
menimbulkan banyak masalah atau mungkin saja berupa penyesalan yang tidak
kunjung padam. Oleh sebab itu ketika kita menyadari bahwa pengambilan keputusan
adalah salah satu bagian penting dari episode kehidupan yang selanjutnya maka
kita dituntut untuk memperhatikan berbagai faktor atau hal –hal yang akan
muncul ketika suatu keputusan kita ambil.
Memang
kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari atau masa yang akan datang
namun itu bukanlah alasan untuk menunda atau bahkan tidak membuat suatu
keputusan. Keputusan kita ambil dalam keterbatasan kita sebagai manusia dengan
mempertimbangkan semua faktor alternatif solusi sebaik mungkin dengan
menggunakan “alat” pertimbangan yang tepat. Pendekatan terhadap penyelesaian
masalah yang benar membantu kita dalam meraih keputusan yang memiliki
konsekuensi baik (berhasil menyelesaikan masalah). Hampir setiap saat seorang
pemimpin dihadapkan pada pengambilan keputusan. Setiap keputusan yang diambil
akan mempengaruhi kehidupan saat ini maupun kehidupan yang akan datang.
Dalam
setiap kebijakan yang akan diambil atau yang akan dipilih maka seorang pemimpin
harus terlebih dahulu memutuskan tentang apa yang harus dikerjakan dan adakah
pilihan alternatif yang tersedia, berikutnya dari setiap alternatif tersebut
dipertimbangkan pula kelebihan dan kekurangan atau dampak yang akan ditimbulkan
dari setiap alternatif tersebut. Pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni
yang harus dicari, dipelajari, dimiliki dan dikembangkan secara mendalam oleh
setiap orang. Pengambilan keputusan disebut sebagai seni karena kegiatan
tersebut selalu dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik
keunikan tersendiri.
Keputusan yang diambil dalam kasus pemilihan lampu LED sebagai salah 1
alternatif dalam menciptakan keindahan kota serta mengurangi krisis listrik yang terjadi di indonesia. Dalam
pengambilan keputusan, lampu led dipilih sebagai lampu penerangan jalan untuk mengurang
pemakaian listrik di indonesia memerlukan pendekatan dan pengambilan keputusan
yang berbeda-beda. Pengambilan keputusan merupakan ilmu karena aktivitas
tersebut memiliki sejumlah cara, metode atau pendekatan tertentu yang bersifat
sistematis, teratur dan terarah. Pendekatan atau langkah-langkah pengambilan
keputusan dikatakan sistematis apabila setiap tahapan atau langkah yang akan
diambil dapat dilihat dengan jelas dalam menjawab suatu masalah. Ilmu
pengambilan keputusan didasarkan atas penerapan gaya pemikiran yang dianut oleh
seseorang dan persepsinya atas lingkungan dan masalah. Ketidakpastian dan
peluang terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan mendorong kita untuk
mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi data yang dapat dipakai
sebagai panduan dalam menentukan keputusan. Dengan demikian informasi merupakan
kata kunci yang mendorong manusia, manajer dalam melakukan tindakan dan
menetapkan keputusan guna mencapai tujuan. Informasi menjadi bahan baku yang
harus diolah lebih lanjut melalui serangkaian teknik, metode, alat ukur. Hasil
pengolahan tersebut dipakai sebagai masukan bagi pengambilan keputusan.
Di indonesia para kepala daerah tidak terlalu memikirkan hal kecil,
namun hal kecil tersebut yang akan menimbulkan masaah baru yang lebih besar. Di
indonesia krisis listrik sering terjadi tak hayal pemerintah berutang ke luar
nergi atau menghabiskan pengeluaran negara untuk subsidi listrik. Lampu salah satu
penyebab pemborosan listrik sehingga PT PLN membuat program “ pembagian lampu
LED kepada masyarakat” dan serta
beberapa kali program pematian lampu secara bergilir. Semua program yang
dilakukan PT PLN semeta meta hanya untuk mengurangi pemakaian dan penghematan
lisrik oleh masyarakat.
B. Pembahasan
Keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan
merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat
menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan
perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang
sangat menyimpang dari rencana semula. [1]
dan Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis tehadap
hakikat alternative yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.[2]
Strategi
Pengambilan Keputusan menurut Irving dibagi atas 6 macam:
a. Optimasi
dan Resiko Sub-optimasi:
Menjelaskan
mengenai strategi optimasi sebagai suatu tujuan untuk memilih tindakan yang
memberikan hasil paling tinggi. Strategi semacam ini memerlukan nilai, dalam
terminologi manfaat dan biaya dari masing-masing alternatif yang dipilih
sebagai pembanding. Untuk mengambil suatu keputusan dengan strategi optimasi
dibutuhkan waktu dan uang yang besar untuk mengumpulkan dan menguji semua
informasi yang sangat banyak. pendekatan ini masih kerapkali dianggap sebagai
pendekatan yang cukup ideal.
b. Kepuasan
(Satisficing):
Hipotesis
yang paling mempengaruhi para administrator dalam pengambilan keputusan telah dirumuskan oleh Herbert Simon (1976).
Para pengambil keputusan, menurut Simon,cenderung memilih kepuasan, daripada memaksimalkan; ia melihatnya suatu
tindakan “cukup baik” telah memenuhi suatu keputusan yang diperlukan. Simon
berargumentasi bahwa strategi pendekatan
kepuasan telah sesuai dengan sifat keterbatasan manusia dalam memproses
informasi. Aturan main yang “Sampaikan permasalahan anda kepada ahlinya dan
kerjakan saja apa yang mereka katakan-karena hal tersebut cukup baik”. Maka
konsumen akan merasa puas terhadap apa yang anda lakukan.
c. Kepuasan
berpura-pura (Quasi-satisficing):
Beberapa
orang menggunakan aturan moral sebagai satu-satunya aturan apabila mereka harus
mengambil keputusan untuk menolong seseorang dalam kesulitan/masalah. Schwartz
(1970) menyebut pendekatan ini sebagai “pengambilan keputusan moral”. Sekali
seseorang memutuskan bahwa seseorang membutuhkan pertolongan dan melihat ada
suatu cara untuk dapat menolongnya, ia biasanya langsung mengambil tindakan
tanpa terlebih dahulu melihat bahwa ada cara lain untuk dapat menolongnya.
sangat jelas bahwa pilihan yang didasarkan pada strategi quasi-kepuasan sangat
berhubungan dengan aturan pengambilan keputusan yang sederhana, yang dapat
menghasilkan tindakan yang diinginkan atau tidak diinginkan masyarakat.
d. Eliminasi
dengan Aspek:
Pendekatan
eliminasi digunakan untuk proses yang optimis dan cepatdalm memilih sejumlah alternatif yang tersedia.
Pengambil keputusan melakukannya secara eksekusi, dimulai dari persyaratan yang
paling penting hingga persyaratan paling kecil. Semua alternatif yang tidak
memenuhi persyaratan ini dihilangkan, dan proses eliminasi dilanjutkan hingga
tersisa hanya satu pilihan alternatif.
e.
Incrementalism and Muddling Through:
Baybrooke dan Lindblom
(1963) menganggap strategi incremental
muddling-through sebagai suatu tipe proses pengambilan keputusan dari
kelompok perkumpulan pluralistic. strategi incremental muddling through adalah teknik yang diharapkan oleh
orang yang malas atau lambat berpikir. Tetapi Braybrooke dan Lindblom melihat
hal tersebut sebagai metoda dengan mana badan pengambil keputusan sosial,
bertindak sebagai koalisi dari kelompok yang tertarik dapat secara efektif
membuat keputusan secara kumulatif dan akhirnya menjadikan suatu keputusan
kompromi yang dapat dikerjakan (workable
compromise). Lindblom dan asosiasinya beragumentasi bahwa keputusan
incremental sebagian besar didasarkan pada kriteria konsensus, daripada
didasarkan pada nilai nyata yang diakibatkan oleh isu-isu, bisa pula
mengabaikan kejahatan sosial tidak demokratis, atau pengambilan keputusan
terpusat.
f.
Mixed Scanning :
Strategi Mixed Scanning terdiri atas dua
komponen, yaitu:
(1) beberapa ciri dari strategi optimasi
dikombinasikan dengan strategi eliminasi aspek digunakan sebagai dasar
kebijakan keputusan dan merupakan arah kebijakan dasar
(2) proses secara incremental (didasarkan
atas bentuk sederhana dari strategi kepuasan) diikuti dengan keputusan minor
setelah arah kebijakan dasar ditentukan.
Etzione menggunakan
istilah “scanning” berdasarkan
referensi penelitian, pengumpulan, prosesing, evaluasi, dan pembobotan informasi
dalam proses pembuatan pilihan.
Ketika ia mengumpulkan
informasi, seberapa detil ia (pengambil keputusan) akan memerlukan, dan
seberapa komplit ia harus mengenali langkah-langkah alternatif. Uraian Etzioni
tentang strategi mixed scanning meliputi
sejumlah aturan untuk mengalokasikan sumber daya untuk scanning jika seorang pengambil kebijakan menghadapi krisis yang
membuat ia merealisasikan bahwa kebijakan yang dibuat sebelumnya harus direview dan diubah.
Tipe pengmbilan keputusan
1.
Keputusan
terprogram/keputusan terstruktur :
keputusan yang berulang
ulang dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan
dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Pengambilan keputusan terprogram akan
berlangsung dengan efektif apabila empat criteria dasar dipenuhi :
Ø Tersedia waktu dan dana
yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
Ø Tersedia data yang bersifat
kuantitatif.
Ø Kondisi lingkungan yang
relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk secara cepat
melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu
berubah.
Ø Tersedia tenaga trampil
untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan operasional yang
harus dipenuhi.
2.
Keputusan setengah terprogram
/ setengah terstruktur
keputusan yg sebagian dpt diprogram,
sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini
seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan serta analisis yang
terperinci.
3.
Keputusan tidak
terprogram/ tidak terstruktur
keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu
terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk
terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya
berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat
penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur.
Kategori Keputusan (Nutt, 1989) :
1.
Keputusan
Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup banyak dan
mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut. Keputusan ini
banyak menggunakan model-model matematik seperti operation research,
cost-benefit analysis dan simulasi.
2.
Keputusan
Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang jelas
untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3.
Keputusan
Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi
tentang bagaimana memproses informasi tersebut.
4.
Keputusan
Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat
tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
Sistem informasi
menyediakan 3 macam tipe informasi :
1.
Informasi pengumpulan data
(Scorekeeping information) : informasi yang berupa akumulasi atau pengumpulan
data untuk menjawab pertanyaan.
2.
Informasi Pengarahan perhatian
(attention directing information) : membantu manajemen memusatkan perhatian
pada masalah-masalah yg menyimpang, ketidakberesan.
3. Informasi
Pemecahan masalah (Problem Solving information) : informasi untuk membantu para
manajer atas mengambil keputusan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
KARAKTERISTIK INFORMASI
1. Kepadatan
Informasi
2. Luas Informasi
3. Frekuensi
informasi
4. Waktu Informasi
5. Akses Informasi
6. Sumber Informasi
TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Simon (1960) :
·
Intelligence : Pengumpulan informasi untuk
mengidentifikasikan permasalahan.
·
Design : Tahap
perancangan solusi dalam bentuk alternatif2 pemecahan masalah.
·
Choice : Tahap memilih
dari solusi dari alternatif2 yang disediakan.
·
Implementation : Tahap melaksanakan
keputusan dan melaporkan hasilnya
Model
pengambilan keputusan :
Model
Brinckloe (1977) Keputusan menggunakan pendekatan
1.
Fakta,
secara sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai masalah dan hasilnya ialah
kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya;
2.
Pengalaman,
seseorang yang sudah memiliki pengalaman tentu lebih matang dalam membuat
keputusan daripada seorang yang sama sekali belum mempunyai pengalaman apa-apa
namun perlu diperhatikan bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan
pernah sama dengan pada saat ini;
3.
Intuisi,
tidak jarang keputusan yang diambil berdasarkan intuisi dikarenakan kurang
mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan pada
beberapa fakta;
4.
Logika,
pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu studi yang rasional terhadap
semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan;
5.
Analisis
Sistem, kecanggihan dari komputer telah merangsang banyak orang untuk mengambil
keputusan secara kuantitatif.
Teknik-teknik
Pengambilan Keputusan. (Siagian, S.P. (25-26;1993).
1. Brainstorming
Jika sekelompok orang mengadakan diskusi
dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan
pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum,
sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang cara-cara yang hendak
ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang dihadapi. Yang harus
diperhatikan adalah :
Ø Gagasan yang aneh dan tidak
masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
Ø Mengemukakan sebanyak
mungkin pendapat dan gagasan
Ø Tidak melakukan penilaian
atas sesuatu pendapat atau gagasan yang dilontarkan
Ø Para peserta diharapkan
dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah dikemukakan oleh
orang lain.
Ø Semua pendapat atau gagasan
yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba pada suatu sintesis
pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.
2.Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta
bertindak selaku pimpinan diskusi. iantara para peserta ada seorang ahli dalam
teori ilmiah pengambilan putusan.semua masalah dilontarkan dan didiskusikan Selanjutnya pimpinan diskusi memilih
hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan
masalah. Dan tenaga ahli menilai apakah rangkuman keputusan itu layak atau
tidak menurut teori
3.
Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan
masalah harus setuju dengan hakikat, batasan dan dampak suatu situasi
problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang hendak
digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki
pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik
pemecahan yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu
prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan
meramal masa depan yang diperhitungkan akan dihadapi organisasi, apakah suatu
peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak.. Teknik ini sangat sesuai
untuk kelompok pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat.
5.
Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat.
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat.
6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan
jawaban “ya” atau “tidak”. Dibentuk dua kelompok, dengan satu kelompok
mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban “ya” dan kelompok lainnya pada
jawaban “tidak”. Semua ide yang dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat
dengan teliti.
7.
Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah duduk di satu meja dengan saling menghadap.
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah duduk di satu meja dengan saling menghadap.
Daftar pustaka
Salusu, J. (2006), Pengambilan
Keputusan Stratejik Untuk organisasi Publik dan Orgasnisasi Nonprofit.
Jakarta : Grasindo
Rizky Dermawan, SE, MM, (2004); Pengambilan
Keputusan ; Alfabeta, Bandung
Marimin, M.sc (2004) ; Teknik dan
aplikasi pengambilan keputusan kretria majemuk ; jakarta : grasindo
Anzizhan syafaruddin (2005) ;sistem
pengambil keputusan pendidikan ; grasindo jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar